Mengantar kepergiannya dari jauh.

11 april 2020, sehari sebelum paskah. Hari sabtu, di rumah saja, karena memang sedang pandemic.
tengah hari, Jovi keponakanku, menelpon. Ini bukan hal yang biasa, karena kami hampir tak pernah komunikasi telpon. Hanya chat WA saja.
Jovi mengabarkan, kalau mamanya sakit… Melany adikku satu2nya, adalah mama Jovi.

Pagi menjelang siang, Jovi terbangun karena mendengar suara HP mama nya yang kenceng dan tidak diangkat. Lalu Jovi mendengar suara seperti mendengkur, turunlah dia ke lantai bawah, menemukan mamanya tergeletak di sofa, tak sadarkan diri. 

setelah di bawa ke RS, Melany tak pernah sadar lagi dan berpulang di subuh hari paskah.

Kaget, sedih dan kehilangan.

Pasrah, karena ini bagian dari rencana Tuhan yang tak pernah salah.

kami bertemu terakhir di bulan Februari 2020, di solo. Ngobrol bersama di meja bundar.

?????????


Kakakku Milka telah membeli bunga untuk mengganti bunga2 di rumah abu, yang biasanya di lakukan di setiap awal tahun. Tapi karena kondisi kesehatan koh John suaminya, maka, bunga belum sempat diganti.  Tugas itu di limpahkan ke Melany.

Karena kesibukan Juga, maka Melany tak sempat juga ke ambarawa mengganti bunga, hingga suatu saat dia bermimpi ketemu mami… cekkong..
dan teringatlah akan tugas tersebut.
Bunga2 pun akhirnya diganti, dan sempat di video saat penggantian tersebut.

Dua bulan kemudian, dia sendiri yang pergi dan tinggal bersama para orang tua kami, dan bersama Bapa di Surga.

Tugasnya telah selesai.

Melany di kremasi di Solo hari berikutnya. Kami tak bisa datang, karena pandemi dan PSBB telah dilakukan di mana-mana. Covid telah merenggut banyak hal termasuk ritual mengantar raga adikku yang terakhir kali.

kami mengikuti acara dengan video conference WA, menangis bersama di tempat kami masing2, mengantar kepergian adik kami dari jauh.

Pasrah, berserah, karena semua bagian dari rancangan Tuhan. hanya yang terbaik yang Dia berikan untuk anak2Nya.

Posted in Tak_Terlupakan | Tagged | Leave a comment

Elkaje ke Jepang 2019 : Amanohashidate

Tujuan utama jalan-jalan kali ini, adalah pengen ke Amanohashidate, ini adalah daratan yang terbentuk di tengah2 laut… di sebut sandbar, atau gosong pasir. Amanohashidate katanya merupakan salah satu dari 3 pemandangan terindah di Jepang… 2 Pemandangan terindah yang lain adalah di Miyajima (Hirosima) dan Matsushima.

pic from https://japantravel.navitime.com/en/area/jp/guide/NTJtrv0718-en/

Berangkat dari pinggiran Kyoto, dengan kereta api, yang penuh sesak orang2 yang mau bekerja. Terpaksa berdiri di dalam kereta ini, hingga kota Fukuchiyama.

Kaget juga ketika kereta tiba di satu stasiun (sepertinya Stasiun Miyazu), ketika bergerak lagi… keretanya “mundur”, hingga ke stasiun Amanohashidate.

Stasiun Amanohashidate yang kecil, tapi bagus, karena sudah di renovasi, berada di tepi jalan utama yang sepi. Kami berjalan menyusuri jalan utama, menuju pantai. di ujung jalan, ada warung ramen, kecil sekali warungnya. hanya untuk dapur dan meja kasir. Kalau mau makan, duduk di lantai atas, atau di emperan belakangnya. Menu ramen juga cuma 2 macam. Penjualnya juga seorang diri, sambil jadi kasir, juga jadi peracik ramen, pencuci piring.
Jadi.. setelah order, kami bawa sendiri ramen orderan kami ke meja. setelah makan, kami juga bereskan meja dan mengembalikan peralatan makan tersebut ke dapur. Khas Jepang banget….



Selesai makan, kami mencari persewaan sepeda, melewati suatu kuil di situ… dapatlah persewaan sepeda yang harganya murah di banding harga tetangga.

Huh… udah lama tak bersepeda, perlu menyesuaikan diri lagi naik sepeda.. Kami berempat bersepeda di sepanjang gosong pasir yang lebarnya mungkin hanya 20-30 meter saja, di kanan kirinya laut. sepanjang jalan di penuhi pohon pinus.. di buat juga fasilitas untuk istirahat dan toilet. Panjang gosong pasir ini, hingga di daratan seberangnya kira2 3.6 km.

kanan kiri laut, kanan kiri pepohonan
setelah tiba di seberang



Tiba di seberang.. aroma ikan asap ada di ujung jalan.. rupanya memang ada yang membuat bonito/katsuobushi.. ikan kering yang nantinya di serut untuk topping okonomiyaki atau takoyaki.

Untuk mencapai ketinggian, kami naik cable car atau kursi gantung. melihat ke arah laut, dimana “jembatan alami” menjulur ke seberang yang bentuknya seperti ular naga. Dan kalau di lihat dengan kaki terbuka lebar lalu kepala membungkuk dan melihat diantara dua kaki.. memang seperti jalan menjulur ke atas.. menuju langit.

Situasi di sini tidak terlalu penuh, jadi benar2 kami bisa menikmati pemandangan dan jalan2 dengan nyaman. Pengalaman indah yang tak akan terlupakan.

mencari jalan ke langit
Posted in Kopdar dan Jalan, Tak_Terlupakan | Tagged , | Leave a comment

Elkaje ke Jepang 2019 : Serasa berada di jaman dulu

Kami menggunakan AirBnB dan mendapatkan rumah di pinggiran kota Kyoto, di dekat stasiun Hanazono. Ini jaraknya hanya 2 stasiun dari Arashiyama.

Di satu gang kecil dekat jalan utama, terdapat sederet rumah kuno yang bentuknya mirip. Salah satu rumah tersebut merupakan cafe.. tempat minum kalau malam hari.

Barangkali ini yang di sebut Ryokan? Bangunan ini terbuat dari kayu, rumah kecil, di lantai dasar ada ruang tamu dan ruang keluarga yang menggunakan tatami dan pintu geser, di belakang ada dapur berlantai kayu, kamar mandi dan toilet yang terpisah, dan kebun kecil.
Di lantai atas terdapat 2 buah kamar tidur beralaskan tatami, tanpa perabot. Telah di siapkan 5 futon di kedua kamar tidur tersebut.

Semua ruang menggunakan AC yang juga berfungsi sebagai heater ruangan di saat udara dingin.

Berasa kayak di jaman dulu gitu nginap di sini… cuma kalau lagi di dapur, semua serba modern dengan kompor induksi, microwave, electric kettle.

Tidur di futon itu ternyata nyaman sekali.. dulu aku bayangkan tidur di futon akan berasa keras dan sakit di badan.

Intinya, rumah ini nyaman untuk di tempati beberapa hari, fasilitas juga lengkap, dan dekat dengan stasiun dan Jalan utama.

Rumah yang kami pakai
Pintu masuk, khas rumah Jepang, ada trap,sebelum masuk rumah, untuk mengganti alas kaki.
masak makanan malam, di ruang makan juga tak ada kursi.
Ruang tenga
salah satu Kamar di latnai 2
Posted in Kopdar dan Jalan, Tak_Terlupakan | Tagged | Leave a comment

Berdua lagi, Bermobil

Sudah lama sekali blog ini tak tersentuh…
karena lama tak menulis, untuk memulai sangat sulit sekali.
semua hal maunya di tulis, tapi tidak tahu mau mulai dari mana.

Nah.. sekarang saja, setelah tempo hari teman2 bercerita, telah jalan2 ke jawa tengah, jawa timur, lewat tol trans jawa, lancar, lebih singkat waktu dibanding dulu.

Akhirnya awal April ini membulatkan hati ke Semarang lewat darat bermobil. Sudah lama tidak melakukan jalan2 bermobil sendiri. Bahkan ke Bandungpun, kami naik kereta, jalan2 di Bandung tinggal sewa mobil. Rilex, tidak perlu stress macet.

Ow iya… sudah lebih dari setahun ini, kami tinggal berdua di rumah. Anak2 sudah ada yang menikah, yang satu kuliah di Bandung.  Jadi, untuk pertama kali nya setelah 30 tahun, kami bermobil berdua lagi…. dulu selalu dengan bawa anak2.

Persiapan dilakukan, menghitung waktu, memperhitungkan kemacetan… karena bagaimanapun, tol Jakarta Cikampek masih saja di hantui kemacetan.

Bener aja, berangkat dari rumah 5.30, masuk tol ringroad utara, sampai simpang cikunir, langsung di hadang truk2 container. Tarik napas panjaaaaang….. toh sudah di perkirakan…. jangan mengeluh…. jangan panik…. toh tidak sedang mengejar waktu, tidak sedang janjian dengan siapapun.

Pelan merambat, sampai di rest area KM 39, sudah jam 7.30. Istirahat sebentar untuk cari toilet, untuk meluruskan kaki.

Lanjut perjalanan, jam 8.00 sudah melewati cikampek, dan langsung ijek gas… perlu 2 kali lagi istirahat di rest area untuk ngopi dan cari toilet. Jam 12.20 sudah sampai di gerbang tol Kalikangkung (Barat kota Semarang)

Beberapa ruas jalan, belum ada penerangannya, entah bagaimana situasi di malam hari.

Rest Area relatif masih baru, pohon2nya belum tumbuh besar, tapi toiletnya banyak yang rusak, mungkin kualitas bangunannya yang tidak bagus, atau tidak di rawat dengan baik. Washtafel retak2, atau kran nya tidak ada, Pintu toilet tidak ada kuncinya, lantainya kuning2 sepertinya lama tidak di sikat. Masih untung air mengalir, sehingga tidak bau pesing.

Beberapa tempat masih di perbaiki, karena sudah ada lubang di sana sini. Ini sepertinya sudah di persiapkan untuk arus mudik di masa puasa nanti.

Semoga makin baik prasarana tol trans jawa ini.

 

20190406_083445.jpg

di antara kota Batang-Kendal, kanan kiri nya hutan

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Ciptakan bahagia kecil

Sejak ojek online merebak, aku banyak  memanfaatkannya, baik untuk go-ride, go-food atau go-mart.

Tempo hari aku ke Semarang, karena pas libur long week end, jalanan macet di mana-mana. Untuk beli oleh-oleh, cukup pesan go-food  dari berbagai penjuru kota.

Nikmat sekali, tak perlu antri, tak perlu cari parkir, sambil bisa melakukan aktivitas lain. Yang paling ku syukuri tuh, belanja seperlunya bisa tercapai. Hehehe… klo ke toko kan biasa liat ini pengen liat itu pengen…jadi yang di beli bisa diluar yang diperkirakan. Semua ini berkat go- jek.

Dulu sering kami harus mengantar atau menjemput anak2 ke halte busway, atau ke mal, atau ke gereja.  Sejak ada  go-jek /grab/uber, tugas antar jemput anak makin berkurang. Karena mereka merasa aman dan nyaman pakai ojek online atau taksi online.

Aku berpesan, begitu dapat ojek/taksi. Tolong di screenshoot dan kirim ke aku, naik kendaraan apa, identitas sopirnya. Ya.. hanya untuk tahu dan bisa monitor mereka sudah dapat kendaraan belum.

Trus, aku juga nyuruh anak-anak jangan segan kasi tip ke tukang ojek, apakah itu naik ojeknya atau pesan makanan/belanjaan, setidaknya 5.000-10.000. Di aplikasi memang bisa kasi tip jika kita bayar dengan go-pay, tapi aku suruh mereka kasi langsung tunai saja.

Dengan memberikan tunai, akan langsung berasa bagi pemberi dan penerima. Ada interaksi yang terasakan.

Kemarin Rachel cerita tukang ojeknya menolak di beri tip dengan bilang “gak usah dik… uangnya buat adik saja, kan adik masih sekolah”

Rachel bilang “gak apa-apa pak, mama saya yang suruh, kalau naik ojek supaya kasi tip” barulah si bapak mau terima.

Apa yang kamu rasakan Nak?

Terharu, masih ketemu ada orang yang tulus dan baik hati macam si bapak ojek itu.

Si bapak ojek juga mungkin berasa hangat hatinya, karena penumpang menghargainya.

Posted in Opini | 7 Comments

Bawa Bekal juga ada etikanya

Baru2 ini ada komplen ke KAI seperti ini:

dlw

Entah ya, ini orang mungkin memang belum pengalaman bawa bekal, atau tidak peka dengan situasi sekitarnya. Lah, bayangkan aja, kalau kita bawa bekal, masuk ke Restoran, trus makan bekal di dalam Restoran itu, kan nggak etis.  Jadi, bawa bekalnya tidak salah, tapi situasinya yang tidak tepat.

Aku termasuk orang demen bawa bekal dalam banyak kesempatn. Kecuali kalau kondangan… ya iyalah..hehe

kenapa senang bawa bekal?

  1. Praktis. weeeh…ada yang komen…dimana praktisnya? bawaan tambah banyak dan berat.  Praktis di sini adalah, tidak usah mikir lagi mau makan apa, mau beli di resto yang mana, tak perlu menunggu lebih lama lagi.
  2. Hemat waktu. ya..terkait dengan nomor 1 di atas. apalagi kalau bekal sekolah atau bekal kerja. Jam istirahat terbatas. kalau harus beli…perlu waktu jalan, waktu menunggu/antre. Jadinya jam istirahat tidak benar2 dipakai istirahat. Apalagi kalau misalnya kantor berada di lantai 20 suatu gedung…nunggu lift naik turun nambah faktor lama.
  3. Murah. Ya pastilah, karena tanpa service charge, diolah sendiri.. eh.. belum tentu, karena kadang2 beberapa lauk juga dari beli.. tapi mayoritas sih di olah sendiri.
  4. Higienis. karena dipastikan sendiri pengolahannya, packingnya, bahannya. jadi makan tanpa was was.
  5. Sesuai selera. Nah..selera ini kan hasil bentukan di rumah. kalau biasa di rumah makan yang plain2 saja, ketika di luar rasanya sedikit asin, udah pasti komen keasinan.

Nah, saat bepergian ke luar kota, apakah itu naik mobil sendiri, naik KA atau naik pesawat.. aku sering juga bawa bekal. Kalau naik mobil sendiri, bekal ya kayak orang piknik… lauk ter-pisah2 dalam rantang… sekarang mah bukan rantang beneran bentuknya, tapi dalam beberapa lunch box yang bisa di tumpuk. bawa piring dan sendok plastik. Makannya bisa menggelar tikar di bawah pohon kalau nemu tempat yang asyik. Kalau tidak ketemu tempat asyik… makan dalam mobil saja.

Kalau naik KA atau naik Pesawat, bekalnya dalam lunch box sekali pakai, tentu sudah di racik komplet dengan porsi sudah disesuaikan dng masing2 ukuran. Makan di mana? ini memang harus lihat2. Kalau naik pesawat, bekal itu untuk di makan sebelum terbang, atau setelah mendarat, kalau misalnya jam terbangnya tanggung. Belum pernah sih, makan bekal dalam pesawat.

Kalau naik KA, masih bisa makan di tempat duduk kita. asal aroma bekalnya tidak menyengat misalnya oseng2 pete.:-)

Suatu saat aku pergi tugas ke Jepang, bawa bekalnya arem2 isinya ada yang isi daging atau isi sambel goreng ati. ini karena akan transit 2 kali… dan waktu tunggu tiap transit yang lumayan bisa buat ngemil rada berat.  Teman-teman seperjalanan seneng juga di bawain bekal gini karena gak perlu cari makanan. Ketika sampai di Jepang,  masih ada 3 arem-arem, aku kasi ke Guide yang menemani kami. Senengnya dia…katanya ini barang langka, apalagi isiannya juga beda beda. Ada yang isi daging saja, ada yang isi sambal goreng ati dan kentang.

Minggu lalu ke semarang, jam terbangnya 7.30. agak nanggung… maka dari rumah bawa nasi uduk porsi mini, isi telur dadar suwir, empal suwir, orek tempe, timun dan emping. Wadahnya lunch box sekali pakai. Makannya saat di ruang tunggu sebelum terbang. Ketika tiba di Semarang, udah nggak mikir cari makan lagi, tapi bisa langsung pergi ke ambarawa dan Salatiga.
kalau begini, terasa betul efisiensi waktunya… juga pasti irit.

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Hanya tanah liat

IMG_8926

Pergumulan yang tak mudah bagiku.

Sudah menjalani satu periode, ada pilihan terus atau selesai. Kalau terus, 3 tahun lagi harus menyediakan diri komit untuk pelayanan.
Kalau selesai, ya sudah… bebas, mau pilih bidang pelayanan lain atau tidak sama sekali.

Tapi dalam hati kecil ada perasaan hilang kalau aku mau mengakhiri ini.
bukan untuk sok-sok-an, tapi berasa hilang kesempatan untuk menyediakan diri di bentuk, di uji, diperkerjakan.

Ada beberapa kesempatan yang mendukungku untuk bilang tidak. Sangat menggoda. tapi setelah aku pikir secara mendalam, ini bagian dari ujian.

IMG_8817

tangan penjunan

Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu

Jadi, inilah aku, hanya tanah liat, kotor tak berbentuk, yang menyerahkan diri ke tangan Penjunan, untuk dibentuk sesuatu yang lebih berguna.

Posted in Tak_Terlupakan | Leave a comment

Hasil dari FHA2016

FHA (Food Hotel Asia) exhibition rutin 2 tahunan diadakan di Singapore. Tahun ini keputusan untuk pergi juga agak mendadak, karena padatnya jadwal kerja. Akhirnya aku berangkat ber 4 dng teman2, beda perusahaan dan kepentingan.fha2016

Seperti biasa, kalau pergi ke pameran, baik yang di Jakarta, maupun yang di luar, aku selalu persiapkan diri sebaik mungkin, supaya nyaman dan mendapat sesuatu dari pameran itu. Jangan salah pakai sepatu dan baju, jangan lupa bawa tas beroda, dll. Dan memang akhirnya, aku yang paling siap, sehingga kemarin itu, tas ku penuh dan berat, bergantian di tarik oleh kami ber 4.

3 hari berturut2 kami menyusuri singapore Expo dari ujung ke ujung. setiap lorong di lewati, kalau ada yang kira2 prospek untuk dibawa idenya, kami dalami. saambil jalan sambil ngicip sono sini, dari berbagai kopi/teh, es, gelato, roti, camilan dll. pokoknya di situ, gak perlu  beli makan siang udah kenyang.

Fokus utama sih cari mesin kopi dan lihat trend makanan ke depan kayak apa. Tapi ketika melewati stand peralatan perhotelan yang cantik2, kami juga tak melewatkan kesempatan cuci mata. Sampai di stand Victorinox, mata dipuaskan dengan aneka pisau yang menggiurkan. Aku pengen beli beberapa untuk koleksi, maka temenku bertanya pada Bule yang jaga di situ, apakah ini di jual? sambil menunjuk ke jajaran pisau tsb.

Si bule tanya, apakah kamu kenal Victorinox? ya iyalah…. merk terkenal ini…  Aku punya beberapa pisa dan memakai pisau ini sejak jaman Victorinox cuma punya warna gagang hitam dan merah. Temenku juga kenal banget victorinox, sambil tersenyum dan menggeleng, si bule bilang, mereka hanya pameran, tidak melakukan penjualan, tapi jika memang kami menginginkan pisau, dia memberikan kenang2an….. dia memberikan 2 pisau untuk kami berdua. warna orange

wah…senengnya, meskipun gagang orange sudah punya, di kasi orange laagi…. ya tetep bersyukur.

hari terakhir pameran, banyak stand yang mengobral sample, wah…dapat banyak dah di sini, dari kacang, yoghurt, souvenir spt aneka ballpoin, flashdis bentuk card, id card holder yang cantik2 dll. sengaja aku ngajak lewat stand Victorinox lagi.

Tanya lagi ama bule yang lain (entah yang kemarin kasii pisau tuh, nggak ada) apakah kami bisa membeli pisau yang di display ini? Kan ini hari terakhir, siapa tahu memang di jual2in. dia bilang tidak di jual. Tapi kalau kami menginginkannya, dia akan beri hadiah. dia mengabil 2 buah kantong dari lemari. Kantong berlogo Victorinox, berisi  pisau. masing2 kami di beri. weeeh… senengnnya.

meski itu warna2 sudah punya, yang pisau biasa, dan pisau bergerigi… tetep aja seneng kalau dapat gratisan.kiat ini akan dipraktekkan lagi kalau ntar ada exhibition yang lain ah.. hahaha…

FHA

sampai di rumah, di bongkarlah pisau… ternyata sudah punya beberapa kuning dan orange juga. ada yang polos, ada yang bergerigi.

Posted in Uncategorized | 4 Comments

Kegembiraan untuk semua

Tahun baru imlek yang baru berlalu, terkait erat dengan budaya china. Tapi kadang orang mensalah artikan bahwa imlek terkait dengan agama tertentu. Memang pada tahun baru imlek, beberapa golongan melakukan ritual keagamaan, menyampaikan syukur dan menaikkan harapan baik untuk tahun yang akan datang.

Masa kecilku, tinggal di rumah besar bersama beberapa keluarga. Yang di tuakan, cek kong dan ko-po, yaitu saudara dari kakekku. Setiap imlek, mereka masih melakukan ritual sembahyang. Jadi… mami perlu membuatkan beberapa masakan untuk sajian sembahyang. Aku masih ikut merasakan melipat uang kertas, untuk “dikirim” ke arwah leluhur. Sementara… keluarga intiku sendiri sudah beragama Kristen yang pasti tidak ikut dalam ritualnya. Tapi tetap ikut terlibat dalam persiap

an dan ikut makan makanan sajian imlek, tak jadi soal buat kami. Kalau kuperhatikan tata cara sembahyang cekkong dan kopo, yang mengangkat hio menghadap tempat terbuka/ke langit, lalu menghadap ke meja sesaji dan mengucap doa2.

Imlek pada masa itu, sangat sederhana, dilakukan diam2 di rumah2. Sekolah tetap masuk seperti biasa, beberapa orang bisa minta ijin sekolah setengah hari, karena mereka akan pergi bersama keluarga untuk berkunjungg ke kerabat. Sementara aku selalu akan sekolah sampai selesai, sambil membayangkan enaknya teman2 yang tidak perlu mengikuti pelajaran sampai selesai, dapat uang angpao, jalan2 bersama keluarga.

Hanya sekali aku merasakan mendapat angpao dari cekkong. Kalau tidak salah imlek yang bertepatan pas hari minggu. Jadi, karena hari itu tidak sekolah, aku pakai baju terbaik dan mendekati cekkong. Aku bilang, kalau biasanya teman2 sekolah selalu ijin pulang supaya dapat angpao. Sekarang aku ada di rumah sepanjang hari, apakah aku akan dapat angpao?

Cekkong menyuruh menunggu nanti selesai sembahyang, lihat saja ada angpao atau tidak. Dengan sabar aku menunggu di dekat meja sembahyang, melihat cekkong melakukan ritual sembahyang. Setelah sembahyang, itu masih harus menunggu… karena para arwah yang diundang perlu waktu memakan sajian. Acara sembahyang baru berakhir, setelah cek kong sembahyang penutup… lalu membakar uang kertas sampai habis. Lalu aku diberi bungkusan kecil dari kertas minyak warna merah. Isinya uang. Ini sekali kalinya seumur hidupku menerima angpao, dan bisa merasakan apa yang suka di ceritakan teman2 sekolah.

Menjelang Imlek kemarin, aku berada di solo, suasananya sangat meriah, lampion bergantungan di seputaran balaikota-pasar gede. Kegembiraan terasa ketika berada di tengah2 masyarakat yang santai di situ. Jalanan di tutup untuk kendaraan, orang2 duduk di jalanan sambil menikmati pancaran sinar dari lampion yang berderet, sesekali berselfie ria.IMG_7771

Imlek bukan lagi kegembiraan bagi sebagian kalangan atau sebagian etnis saja. Semua membaur di situ, tanpa mikir suku atau agama, kaya atau miskin, tua atau muda. Bagiku, ini sesuatu banget, karena di masa lalu, Solo beberapa kali meletup dengan issue SARA, bukan saja dengan etnis china, tapi juga etnis yang lainnya. Berbagai upaya dilakukan supaya perbedaan ini justru menjadi kekayaan. Semoga yang terlihat sekarang ini, adalah kesadaran yang sebenarnya, bahwa perbedaan itu tak perlu dijadikan masalah, tapi justru harusnya dinikmati bersama.

IMG_7566

Suasana pagi hari depan pasar Gede solo menjelang imlek

Posted in Liputan dan Opini, Uncategorized | 1 Comment

Prasangka

ini kali ke sekian aku ke Malaysia. Sebelumnya untuk wisata. Pernah juga untuk bisnis, ke Batu Pahat, 6 jam perjalan dengan mobil dari KL. Nah kali ini untuk tinggal beberapa minggu, di Selangor.

Prasangka pun berkembang…. membayangkan di Malaysia itu yang oke cuma KL, lainnya adalah kota kecil yang nggak ada mall dan jarang Wifi… hehe…keseringan nonton Axian food adventure yang sering menjelajah kuliner tradisional di pelosok.  Jadi…sebelum pergi, aku bilang ke teman2 jangan berharap bisa komunikasi intens, karena belum tentu ada internet di sono.  Ternyata prasangka macam ini juga disampaikan beberapa teman, yang takut mati gaya..kesepian nggak bisa ngapa2in di sana.

Beberapa minggu di sana, prasangka-ku terpatahkan dengan realitas yang sebaliknya. Kami tinggal di Subang Jaya, kota yang bergaya metropolitan, ada bebeerapa mal besar, ada universitas ternama bahkan Obama ketika ke KL, mendaratnya di airport subang.

Maka, akupun mencoba membuang prasangka yang lain, dan menikmati keberadaan di tengah masyarakat Malaysia. Menikmati suasana hidup sehari2 di Subang jaya, mengamati suasana perumahan di sana, yang rapi dan bersih, dan tidak pelit lahan. Rumah di perumahan berjajar.. dan rumah2 yang berpunggungan.. ada gangnya.. katanya untuk akses dan pengamanan kalau ada kebakaran.

Umumnya orang2 yang kutemui, halus dan sopan.

Daripada suasana rusak dengan prasangka yang mengarah pada hal negatif, mending dikendalikan saja.

Menurut kamus, Prasangka : anggapan dan pendapat yang kurang menyenangkan atau penilaian negatif yang tidak rasional, yang ditujukan pada suatu object (bisa orang, kelompok, atau apapun), sebelum mengetahui, menyaksikan, menyelidiki objek-objek prasangka tersebut.

Prasangka juga dapat dikatakan sebagai attitude-attitude sosial negatif, yang ditujukan pada individu atau golongan lain dan hal ini mempengaruhi tingkah laku golongan individu yang berprasangka tersebut.

Prasangka mulanya hanya merupakan sikap-sikap negatif, tapi lama kelamaan akan memunculkan tindakan-tindakan yang menghambat, merugikan bahkan mengancam kehidupan pribadi golongan tertentu

Nah, prasangka memang susah di cegah, tapi harus bisa dikendalikan.

situasi pemukiman, rumah yang berpunggungan.. selalu ada gangnya. jadi, depan belakang rumah ada jalannya.
Posted in Uncategorized | Leave a comment